Proses penjodohan kutilang

[postlink]https://depokhamster.blogspot.com/2014/01/proses-penjodohan-kutilang.html[/postlink]

Kutilang jambul termasuk burung pemalu. Karena itu, kandang penangkaran diusahakan jauh dari burung lain atau lalu-lalang manusia yang terlalu berlebihan. Hal ini mengingatkan kita pada penangkaran cucakrowo, di mana beberapa penangkar mengalami problem seperti itu, meski ada juga yang sejak awal membiasakan kandang sistem terbuka.
Selama masih dalam percobaan, sebaiknya proses penjodohan, perkawinan, bertelur, serta mengerami telur hingga menetas dilalui kutilang jambul dan trucukan dalam suasana tenang. Kandang cucakrowo atau cucak ijo bisa digunakan sebagai tempat penjodohan kutilang jambul dan trucukan.
Sediakan sarang berbentuk mangkuk atau cawan, beberapa unit, yang digantung di kandang penangkaran. Jangan lupa tebarkan bahan-bahan penyusun sarang di lantai kandang. Jika sudah waktunya mau bertelur, kedua induk pasti akan memungut bahan-bahan itu untuk membangun sarangnya dalam wadah sarang yang dipilihnya sendiri.
Biasanya trucukan betina akan menghasilkan 2 – 4 butir, dengan masa pengeraman sekitar 12 hari. Pada waktu itulah kita harus selalu menyediakanpakan hidup untuk induknya, yang akan diberikan kembali untuk anak-anaknya. Berikan ekstra fooding seperti jangkrik atau ulat.
Setelah anak burung sudah mandiri, ia akan keluar dari sarangnya. Saat itulah mereka harus dipisah dari induknya dan dipelihara sampai dewasa, karena akan dikawinkan lagi dengan 100% kutilang jambul. Begitu  seterusnya sampai F3 dikawinkan dengan 100% kutilang jambul, sehingga menghasilkan F4 yang disebut sebagai kutilang hibrid.
Kita, kicaumania di Indonesia, bisa saja mencetak kutilang hibrid sebagaimana dilakukan para penangkar di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Tetapi bisa juga tidak menirunya persis. Misalnya, menyilangkan jantan cucakrowo dengan trucukan betina, atau sebaliknya antara cucakrowo betina dan trucukan jantan.
Siapa tahu dari sini Anda bisa mencetak varietas baru cucakrowo, atau varietas baru untuk trucukan, supaya kedua jenis burung berkicaua khas Indonesia ini bisa kembali ditampilkan dalam berbagai lomba burung di sejumlah daerah.

0 komentar:

Posting Komentar